← back to home

Bloomberg: Why Indonesia Failed to Cash in on the China-U.S. Trade War →


Dengan adanya perang dagang antara Amerika dan Tiongkok, banyak berimbas terhadap industri-industri yang ada didua negara itu, dan beberapa negara di asia tenggara bisa mengambil untung dari kondisi itu.

Sebut Vietnam, Thailand, banyak investor yang mengalihkan investasinya ke negara tersebut, alasan kenapa Indonesia tidak begitu besar terkena imbasnya.

The reasons for the poor performance are well documented: inadequate infrastructure, particularly in transport; rigid labor rules; limits on how much foreigners can invest in several industries; bureaucratic red tape and a habit of backtracking on regulations that makes it tricky to do business in the country.

Memang sangat berbelit investasi di sini, belum lagi kondisi pekerjanya yang terhitung mahal, belum juga preman-preman, ditambah isu investor asing yang berkonotasi negatif, pemerintah dianggap menjual negara ini ke asing, padahal membuka investasi.

Membangun infrastuktur yang bisa dijadikan pendukung pemerataan usaha, juga mempermudah transportasi sehingga atraktif untuk investor, tapi tetap itu dianggap sebagai suatu pemborosan.

Ada juga kalimat andalan “Negara ini kaya, masa gak bisa mengambil untung dari itu? tidak butuh asing untuk mengelola”, dan ucapan-ucapan sejenis, yang mana tentu itu keluar dari ketidak tahuan akan kondisi, seperti penonton bola, biasanya penonton bola lebih pintar dari pemainnya, yang latihan 10 jam sehari, kalau gagal gol akan dibilang bodoh oleh penonton budiman.

Sama seperti warga yang mengomentari pemerintah, merasa lebih pintar.