Kemarin iseng liat tanggal expire dari makanan kemasan, dibandingkan dengan tanggal sekarang, ini udah lewat 2 hari lalu, dan iseng juga nyoba, cicip makanan tersebut, masih enak, ya udah, lanjut makan.
Tapi terus mikir, apa nanti sakit perut ya makan makanan yang sudah kadaluwarsa?
Ternyata tidak, entah ini keberuntungan atau ada hal lain, dan pastinya, langsung cari tahu, sebenarnya apa sih yang menjadi patokan produsen makanan dalam membuat label kadaluwarsa dalam makanannya?
Dan saya tidak sendir ternyata, banyak yang mencoba mencari tau hal yang sama, dan untungnya banyak juga artikel dari publikasi terkemuka yang menuliskan tentang hal ini, dan kesimpulan dari artikel-artikel itu senada, tanggal kadaluwarsa bukan jaminan makanan itu tidak bisa dimakan.
The lie of “expired” food and the disastrous truth of America’s food waste problem
Furthermore, those dates might not even be consistent across brands of the same food product — peanut butter, say, or strawberry jam. That’s partly because they’re not really meant to indicate when a food is safest.
Ignore the ‘sell-by’ dates on your groceries
More than 90% of consumers say they’ve impulsively tossed out what could be perfectly good eats because they believed the date labels were a measure of food safety, according to food-industry pollsters. That’s true even though none of the labels actually note that the food could be in a precarious state.
Food expired? Don’t be so quick to toss it
Most consumers mistakenly believe that expiration dates on food indicate how safe the food is to consume, when these dates actually aren’t related to the risk of food poisoning or foodborne illness.
Yang disampaikan di artikel itu hampir mirip, bahwa tanggal kadaluwarsa yang ada di label bukan berarti pada tanggal tersebut makanan itu tidak bisa dimakan.
Di Indonesia sendiri sepanjang pengetahuan saya, mencantumkan tanggal kadaluwarsa dan juga “best before” (di amerika malah ada 3 jenis tanggal atau lebih), dan tanggal yang dicantumkan itu memiliki makna yang berbeda, dan juga meski namanya kadaluwarsa, tidak serta merta pasti tidak bisa dimakan, coba saja bandingkan 2 barang yang sama, misalkan susu, tiap perusahaan memiliki referensi yang berbeda, yang bisa menghasilkan tanggal kadaluwarsa yang beda, meski sama-sama susu, dan sama-sama diproduksi pada tanggal yang sama.
Di negara lain (dan di sini juga), masalah buang-buang makanan menjadi masalah besar, menjadikan makanan itu mubazir, coba kita lihat data dari PBB ini, Worldwide food waste.
In the United States 30 per cent of all food, worth US$48.3 billion (€32.5 billion), is thrown away each year. It is estimated that about half of the water used to produce this food also goes to waste since agriculture is the largest human use of water.
Makanan ini dibuang, bisa jadi tidak terjual, bisa jadi terlihat jelek sehingga tidak memenuhi “standar” estetika makanan, misalkan pisang, ada orang yang tidak mau ada titik di pisangnya karena dianggap sebagai kotor, atau busuk, dan juga mengenai tanggal “kadaluwarsa” itu, konsumen tidak mau beli makanan yang mendekati kadaluwarsa, dan kemana ujungnya makanan ini? dibuang.
Imbasnya, banyak sekali dari “cuma” buang makanan ini, makanan seperti buah-buahan, untuk menghasilkan buah membutuhkan air, berapa banyak air yang ikut terbuang, dan belum yang lain seperti daging, butuh banyak air, polusi yang tercipta dari sapi, polusi yang tercipta dari logistik distribusi yang butuh transportasi mobil, pesawat, kapal, dan lainnya.
Membeli hanya yang dibutuhkan, membeli ketika perut kenyang sehingga mengurangi pembelian yang impulsif, berhemat, selalu makan makanan yang dibeli, jangan dibuang, setidaknya itu beberapa hal yang bisa dilakukan akan makanan yang sudah sampai di kita tidak terbuang dan mubazir.