
Awal tahun ini, alhamdulillah, saya berkesempatan untuk menjadi tamu Alloh, berkunjung ke tanah suci untuk menunaikan ibadah Umroh, bukan untuk koar-koar, tapi beribadah ini memberikan pengalaman yang unik, yang selalu menjadi hal yang sangat indah untuk diingat.
Berkunjung ketika cuaca dan suhu Saudi Arabia yang sangat dingin, apalagi jika dibandingkan dengan Indonesia, suhu terendah yang saya alami sekitar 6 derajat celcius.
Pengalaman ketika melihat ka’bah secara langsung selalu memiliki efek, walaupun itu bukan yang pertama, selalu merasa kagum, selalu merasa sedang mimpi.
Nabawi
Kunjungan pertama dari perjalanan ini langsung ke Madinah al-munawarah, yang mana di kota tersebut ada masjid Nabawi, atau sering juga disebut masjid nabi, dan ketika pertama kali mendarat, langsung disuguhi cuaca yang super dingin, waktu itu mendarat kira-kita pukul 1 dini hari, dan proses keluar bandara, dan kemudian sampai di hotel sekitar jam 2an.
Alhamdulillah, hotel yang ditempati tidak begitu jauh dari gerbang masjid, pintu king fahd, hanya jalan 3 menit sampai, dan tentunya setelah sampai di hotel, simpan barang, tanpa menunda lagi, langsung ke masjid Nabawi untuk sholat tahajjud sambil nunggu waktu subuh, subhanalloh indah sekali.
Alhamdulillah, juga memiliki kesempatan untuk masuk ke lingkungan rawdah, sepotong surga yang Alloh berikan di dunia, dan bisa sholat sunat di sana, lagi-lagi pengalaman yang sangat luar biasa.
Oh iya, di masjid Nabawi ini, dulu karpet dibedakan antara Rawdah dan lingkungan masjidnya, untuk Rawdah, dulu ditandai dengan karpet hijau, dan luar Rawdah dengan karpet merah, tetepi sekarang disamakan, semua menggunakan karpet hijau, dan juga sudah diterapkan sistem yang lebih baik, jadi tidak rebutan, karena terkadang suka saling injak karena buru-buru atau tidak melihat lagi siapa yang di depan, dengan aplikasi yang bernama Nusuk, kita bisa booking kunjungan ke Rawdah, dan kita bisa melakukan booking berkali-kali, kalau beruntung kebagian tentunya.
Di Madinah selama 3 hari, dan selalu merasa kurang, sholat, ngaji, dzikir dan ibadah lain selalu merasa kurang, apalagi dengan cuaca yang sangat mendukung, subhanalloh.
Al-haram
Kemudian melakukan ibadah inti dari perjalanan ini, yakni Umroh, dari Madinah mengambil miqot di Dzul Hulaifah atau biasa disebut Bir Ali, dimana lokasi ini adalah lokasi orang dari Madinah atau yang melewati daerah itu, jika ingin melakukan ibadah Umroh, kita mengambil niat umroh (atau haji) dan mengenakan pakaian umroh (kain ihram).
Sudah banyak yang berubah tentunya, dan masjid-masjid menjadi lebih besar sekarang.
Berangkat dari Madinah ke Mekah kita lalui dengan menggunakan kereta cepat Haramain, dulu menggunakan bis, bisa ditempuh sekitar 5 jam, dengan kereta cepat ini kurang lebih menjadi 2 jam, perjalanan jadi lebih pendek, dan bisa beribadah dengan lebih cepat tentunya.
Kami melakukan ibadah Umroh dimulai pada jam 11 malam, dan selesai jam 2 pagi, masjid Haram sangat penuh pada tanggal tersebut, karena memang musim dingin, dan sepertinya pada tanggal 25 januari sampai pertengahan Februari, katanya puncaknya, sangat banyak orang di Haram (dan Madinah juga).
Recharge
Perjalanan secara kronologis kayaknya ga perlu ya, karena hal ini harus dialami sendiri orang masing-masing pribadi, karena bisa sangat berbeda, tapi yang pasti untuk saya sendiri, perjalanan ibadah ini sangat-sangat-sangat berarti, disaat hati yang goyang-goyang, dan membutuhkan charging, ibadah ke sana, langsung disumbernya, memiliki arti dan pengalaman yang berbeda, inshalloh, berdoa supaya bisa ke sana lagi akhir tahun ini, kali ini bersama semua anggota keluarga, inshaalloh.