← back to home

Thoughts on thinking →


Photo by Tara Winstead

I have been stuck. Every time I sit down to write a blog post, code a feature, or start a project, I come to the same realization: in the context of AI, what I’m doing is a waste of time. It’s horrifying. The fun has been sucked out of the process of creation because nothing I make organically can compete with what AI already produces—or soon will.

Kena banget, seperti yang dibahas di postingan sebelumnya, mengenai hubungan AI dan cognitive decay, untuk yang sebelumnya menggunakan otaknya untuk berpikir, kontemplasi, menciptakan ide-ide yang melatih otak kita sendiri, atau bahkan share ide-ide itu dengan orang lain, untuk braindstorm atau validasi, menjadi berubah, di satu sisi memang dimudahkan, kita tinggal lempar prompt, kemudian AI akan memberikan jawaban yang mungkin kita tidak pernah pikirkan.

Developing a prompt is like scrolling Netflix, and reading the output is like watching a TV show. Intellectual rigor comes from the journey: the dead ends, the uncertainty, and the internal debate. Skip that, and you might still get the insight–but you’ll have lost the infrastructure for meaningful understanding.

Fungsi pencarian diri, pemikiran, kemudian pengaktualisasikan ide, menunggu ide itu berkembang, dipotong prosesnya, karena cognitive offloading yang kita berikan ke “second brain”, yang jadi pikiran berikutnya, apakah pengetahuan yang kita cari dengan bantuan AI itu akan stay? atau malah hilang? karena kita berpikir, “ah tinggal tanya lagi AI, gampang”.

Link ke artikel