How Developers Stop Learning: Rise of the Expert Beginner →

Food for thought, AI, sudah ada di mana-mana setidaknya di sekitar saya, sudah menjadi tujuan aplikasi yang saya gunakan untuk belajar, melihat perspektif, melihat sudut yang mungkin tidak saya ketahui atau terlewati, coding, membuat aplikasi, dan baru-baru ini saya membuat website dari design sampai coding dibantu oleh AI.

Mindblown!

Di era AI saat ini, memang menjadi mudah untuk belajar atau menyuruh AI untuk mengerjakan tugas yang tadinya harus kita kerjakan secara manual atau membutuhkan waktu tersendiri.

Kalau tugas atau pekerjaan tersebut dibantu oleh AI, bukan berarti kita mahir atau bisa mengerjakan tugas tersebut secara keahlian, saya membuat design dan coding website dengan menggunakan Gemini AI, Gemini generate kode dan juga styling dengan menggunakan framework Tailwind CSS, yang mana sebelumnya saya tidak pernah gunakan, karena terlalu banyak rule untuk padding, margin, dan styling lainnya.

Tapi dengan menyuruh AI untuk mengerjakan itu semua, dan dengan design yang menurut saya bagus banget, sesuai dengan apa yang saya deskripsikan ke prompt yang disediakan oleh Gemini di editor saya.

Tiba-tiba saya menjadi “ahli” dibidang ini, meski saya tidak ingat rule css apa saja yang saya gunakan untuk membuat layout tersebut, dan javascript apa yang saya “buat” untuk mengatur animasi yang saya butuhkan.

Expert Beginner, fokus pada hasil yang dihasilkan oleh AI, atau lebih tepatnya yang di-generate oleh AI, bukan ke kode-nya itu sendiri, belum tentu juga saya akan belajar dari kode yang dihasilkan.

Artikel ini keren sekali untuk dibaca.

Arc VS Zen Browser: perbandingan non-technical

Arc VS Zen Browser: perbandingan non-technical

Dua browser “baru” yang saya gunakan sebagai browser (peramban) selain Brave yang saat ini menjadi browser default di komputer.

Dalam premisnya, dua browser ini memasarkan sebagai browser yang “edgy”, antarmuka yang bagus, berbeda dengan peers-nya atau dengan mainstream induk dari dua browser tersebut, Arc berasal dari Chrome/Chromium dan Zen dari Firefox, keduanya memiliki engine yang berbeda, Arc seperti chrome, menggunakan Blink, sedangkan Zen, karena forking dari Firefox, menggunakan Gecko sebagai engine utama.

Saat ini entah menggunakan Arc jadi tidak menarik lagi, saya pikir sebelumnya Arc bisa menggantikan Brave yang sudah lama saya gunakan sebagai pengganti Firefox, tapi ternyata masalah RAM ini cukup umum, Chrome, Arc, dan Firefox sangat rakus RAM, meski sekarang browser-browser sudah bisa melakukan mekanisme sleep untuk tab yang tidak aktif setelah beberapa waktu, tapi saya masih menemukan Arc masih mengkonsumsi RAM tinggi.

Read more →

NotebookLM Audio Generator

Post ini mungkin agak norak, tapi sepertinya menarik untuk dibahas, karena AI sekarang sudah ada di mana-mana, sudah ada istilah vibe coding, AI menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, kadang dimintai pendapat terhadap suatu kasus, bahkan ada dokter yang bertanya ke chatGPT mengenai gejala yang diidap oleh pasiennya, terlepas dari itu salah atau benar.

Beberapa hari ini sedang intens sekali menggunakan NotebookLM dari Google, dengan bantuan NotebookLM ini saya dimudahkan sekali dalam melakukan riset, dan lebih cepat mengerti akan suatu hal yang sedang saya ingin pelajari.

Saking noraknya, saya coba fitur NotebookLM untuk produce audio yang mana isinya suara hasil generator AI, ada dua orang yang ngobrol dengan bahan obrolan dari materi yang sebelumnya kita feeding ke dalam NotebookLM, sumber bisa berupa link ke artikel, youtube, text, pdf, yang nantikan disarikan oleh AI.

Di sini saya coba dengan link youtube mengenai macam-macam mental model dan bagaimana pengaplikasiannya, kemudian generate audio hasil NotebookLM sarikan.

Berikut hasil audio generation dari AI

Saya coba dengarkan percakapan “2 orang” ini, dan saya 99% yakin, kalau ada orang lain diperdengarkan ini, akan berpikir ini beneran manusia yang sedang ngobrol.

Zev

Stumbled this tool, zev, when browsing Github, a tool that we use in the Terminal to remember which command needed to do certain things, or discovering ‘new’ command that you might did not know before, it uses Natural Language Processing to interpreting our query.

For NLP it uses various LLM provider, currently it support OpenAI, Gemini, Ollama, and Azure OpenAI, Zev will connect to one of the LLM vendor using our API key (it connect through their API), in my case, i’m using Gemini.

The installation quite simple, since it use python, and the project owner already distributed the package via pip.

Install

pip install zev and that’s it! in my case i use venv for environment management, create the env first and then install it there.

Usage

To use zev it’s easy, in the terminal, just call zev, at first it will ask you which provider you wanted to use?

In my case, i use Gemini, so i type gemini and it will ask for API key.

After all of that finished, call zev again, there’s a prompt asking what you want to find, just type your question, mine look like this.

After that, you will get answer based on your query, and if the command you want to remember or discover, zev will give you option(s), just select with your arrow key, and the command ready to be executed.

Membuat design website dengan AI

Membuat design website dengan AI

Membangun halaman web sekarang menjadi mudah, lumayan terbantu dari mulai design dan juga implementasi kode HTML dan CSS, dan bisa juag kalo mau ditambahkan javascript, agar lebih kaya dan interaktif websitenya.

Saya menggunakan Jakarta Dev sebagai contoh, dan memang sedang melihat opsi apakah perlu mendesain ulang blog tersebut, sambil coba-coba kemampuan dari AI yang bisa membantu membuat desain website, saya menggunakan Gemini untuk kode generator, dan memang bejalan dengan baik! agak terkejut juga dengan hasilnya.

Dari prompt yang saya berikan, setidaknya Gemini bisa menerjemahkannya dan menjadi halaman web yang utuh, dan saya menggunakan acuan nytimes.com, karean saya suka desainnya.

Apakah programmer akan berakhir? hmmm sulit menjawabnya, dengan melihat hasil yang dihasilkan oleh AI, lumayan terpesonna, meski perlu ada sentuhan dan bimpingan terus dari manusia, mungkin tidak akan berakhir dalam waktu dekat, karena AI masih dalam tahap meniru berdasarkan data model yang mereka punya, meski membuat hal baru, hanya saja tetap cita rasa manusia tidak bisa diganti oleh AI.

Tapi siapa tahu nanti tren ini akan terus berjalan, dan AI semakin kompleks dan menghasilkan hasil yang lebih baik.

Lihat hasil A.I (dengan beberapa perbaikan dari saya) di new.jakartadev.com.

NB: Jika ada yang tertarik subscribe newsletter dari Jakarta Dev, silahkan klik disini.